Kumpulan Puisi Anekdot Lengkap
Sehubungan dengan saya yang diberikan tugas oleh guru Bahasa Indonesia untuk membuat puisi anekdot. Jadi saya juga akan mem-posting contoh contoh puisi anekdot dan juga puisi buatan saya ini. Check it out.
Seorang siswa duduk terkantuk-kantuk
Disana, di sudut kelas
Dagu di sangga, siku bertumpu di meja
Matanya merah tubuhnya gerah
Di datangi Ibu Guru dengan wajah geram
Di nasehati masa depan justru tak memperhatikan
Ditanyailah kenapa melengos tak memperhatikan
“Ibu ingin kami Seperti Pejabat, bukan? Saya sudah seperti pejabat”
Jawabnya dengan mata sayu
Gelak tawa meledak di penjuru ruang
Guru geleng-geleng akan tingkah muridnya
Memangnya Seperti apa para pejabat?
Dulu, mereka disanjung
Namanya di junjung
Banyak rasa hormat karena dipandang hebat
Tapi sayang, itu hanya dulu
Lalu apa yang terjadi kini?
Kini mereka dipuji
Dipuji karena pintar mengelabuhi
Itu pujian atau caci maki ?
Pantatnya duduk empuk
Mendengar sidang bak cerita dongeng penghantar tidur
Terkantuk-kantuk, diatas kursi mahal uang rakyat
Beberapa pejabat memang hebat
Tapi ada pula yang bejat
Itulah para pejabat
LUDAH YANG KERING
Kami orang nggak punya
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan perwakilan rakyat
Namun hidup tak merakyat
Kepercayaan terjual oleh harta
Hidup bagaikan dewa diatas budak
Hidup diatas penderitaan semua orang
Tak peduli sesama
Bahagia mereka
Duduk manis di gedung DPR
Nyaman kursi membuat jati diri mereka hilang
Nyaman ruang DPR dipenuhi AC kantuk diri ini
Mereka tidur
Dikala rakyat menderita tak mendapatkan kenyamanan
By: Dalang Wanataka
Kami Bangsa Indonesia Pejuang Pahlawan
Dongeng Palsu
Peduli apa mereka
Suci saja tidak
Merembahkan diri di tempat
Bercakap tak mengarah
Mencari yang tak ada
Menanti yang tak pasti
Bosan degar bicara mu
Hanya logat itu-itu saja
Pasrahku kian menjadi ditengah keraguan
Membongkar kedok kepalsuan jiwa
Sebenarnya kau tak suci lagi
Membakar amarah tanpa sebab
Kepalsuan itu
Menari indah disetiap detik
Mengulum waktu tak mau berhanti
Buatku terpasung di rapuhnya harapan semu
Terperangkaplah kau disisi jalan sebelah
Dasar kau bicara
Mendendangkan dongeng mimpi
By: Dalang Wanataka
Film Bokep
Kau lebih kejam dari teroris
Tubuhmu mungil bugil
Tersebar dimana-mana
Kau bukan bom,bisa meledak
Tapi ledakanmu melebihi bom
Kau tak merusak
Tapi merusak akhlak
Biasa kau dicari
Oleh remaja…..
Mereka penasaran
Apa didalamnya
Belum tau jadi tai!!
Terorismu meraja lela
Kau tidak sekejam teroris biasa
Kau paling kejam teroris biasa
Berlahan-lahan merusak
Menembus dinding kebaikan
Aku berfikir,apakah kau
Masuk surga..?
Allah murka pada kau.
TikusKantoran
Masih adakah hati yg bersih?
Masih adakah sedikit otak dikepalanya
Coba bayangkan
Orang berpenampilan rapi
Memakai jas dan membawa mobil
Siapakah dia?
Apakah kalisan tahu?
Ya, dia itu tikus kantoran
Yg seharusnya dimusnahkan
Apa kalian rela uang itu dimakannya
Apa kalian rela dia dibiarkan begitu saja
Kini dia telah meraja rela
Coba kalian lihat
Dari sabang sampai merauke
Dia ada dimana-mana
Aku bingung apakaah di kelurahan ada tikus?
Pemakan uang pula
Jika ada kenapa tidak dibasmi dg obas tikus?
Kenapa dibiarkan begitu saja?
Ayo basmi dia!
Hancurkan dia!
Buang dia jauh-jauh dari Negara kita
Negara Indonesia!
Ini Kelas atau Apa?
Karya: Danar Putra Mahendra
Beritahu aku jika kau tahu
Ini kelas atau apa?
Suara bising terdengar seperti pasar
Tak ada lembaran buku yang terbuka
Hanya ocehan tak berujung yang ada
Hembusan angin menyeret sampah-sampah di lantai
Sampah pun menggunung di kolong meja
Bau pekat yang menusuk menyesakkan dada
Sarang laba-laba menghiasi tiap sudut kelas
Nyamuk dan lalat dengan bebas melayang-layang di dalamnya
Ini kelas atau apa?
Saat Ingin Belajar
Maksud hati ingin belajar
Aku malah ambil remot TV
Maksudku ingin belajar
Aku malah main HP
Bukannya fokus belajar
Aku malah buka Facebook
Aku malah ambil remot TV
Maksudku ingin belajar
Aku malah main HP
Bukannya fokus belajar
Aku malah buka Facebook
Betapa susahnya belajar
Menonton TV tiga jam aku kuat
Membaca sebentar aku mengantuk
Main HP berjam-jam aku sanggup
Membaca buku aku lambaikan tangan
Menonton TV tiga jam aku kuat
Membaca sebentar aku mengantuk
Main HP berjam-jam aku sanggup
Membaca buku aku lambaikan tangan
Mengapa diriku ini?
Mengapa seakan berat lembaran buku itu?
Mengapa kemajuan teknologi membuatku malas?
Mengapa seakan berat lembaran buku itu?
Mengapa kemajuan teknologi membuatku malas?
Betapa sulitnya mematikan TV
Betapa sulitnya meninggalkan HP
Betapa sulitnya membuka buku
Betapa sulitnya meninggalkan HP
Betapa sulitnya membuka buku
Ada yang Aneh di Sekolah
Ada yang aneh di sekolah
Murid terlambat dihukum
Guru terlambat tak dihukum
Murid terlambat dihukum
Guru terlambat tak dihukum
Ada yang aneh di sekolah
Katanya sekolah tidak bayar
Tapi ada uang bangunan
Katanya sekolah tidak bayar
Tapi ada uang bangunan
Ada yang aneh di sekolah
Ulangan tak pernah dapat 70
Tapi nilai rapor dapat 85
Ulangan tak pernah dapat 70
Tapi nilai rapor dapat 85
Ada yang aneh di sekolah
Guru sering telat masuk
Murid tidak paham materi
Murid disalahkan
Guru sering telat masuk
Murid tidak paham materi
Murid disalahkan
Ada yang aneh di sekolah
Waktu ulangan siswa harus jujur
Waktu UN siswa harus ‘saling membantu’
Waktu ulangan siswa harus jujur
Waktu UN siswa harus ‘saling membantu’
Inikah sekolah di Indonesia?
DAMAI
Ayo kita damai. . .
Kita saling jaga perdamaian
Orang bilang damai itu indah
Eh. . . Tapi jangan salah
Kata orang damai itu tentram
Kata orang damai itu bersahabat
Tetapi. . . Zaman telah berubah
Kini arti damai itu adalah. . .
Dua puluh ribu rupiah
Tetapi. . .
Seiring pertumbuhan ekonomi
Harga "DAMAI" bertambah
Menjadi. . .
Lima puluh ribu rupiah
Oh lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Jalan pintas tak pernah mati
Sadarlah wahai para rakyat!
Kapan negeri ini akan berubah?
Jika uang adalah segalanya. . .
Kita saling jaga perdamaian
Orang bilang damai itu indah
Eh. . . Tapi jangan salah
Kata orang damai itu tentram
Kata orang damai itu bersahabat
Tetapi. . . Zaman telah berubah
Kini arti damai itu adalah. . .
Dua puluh ribu rupiah
Tetapi. . .
Seiring pertumbuhan ekonomi
Harga "DAMAI" bertambah
Menjadi. . .
Lima puluh ribu rupiah
Oh lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Jalan pintas tak pernah mati
Sadarlah wahai para rakyat!
Kapan negeri ini akan berubah?
Jika uang adalah segalanya. . .
SEPERTI PEJABAT
Karya : Yessy Oktaviani K.
Seorang siswa duduk terkantuk-kantuk
Disana, di sudut kelas
Dagu di sangga, siku bertumpu di meja
Matanya merah tubuhnya gerah
Di datangi Ibu Guru dengan wajah geram
Di nasehati masa depan justru tak memperhatikan
Ditanyailah kenapa melengos tak memperhatikan
“Ibu ingin kami Seperti Pejabat, bukan? Saya sudah seperti pejabat”
Jawabnya dengan mata sayu
Gelak tawa meledak di penjuru ruang
Guru geleng-geleng akan tingkah muridnya
Memangnya Seperti apa para pejabat?
Dulu, mereka disanjung
Namanya di junjung
Banyak rasa hormat karena dipandang hebat
Tapi sayang, itu hanya dulu
Lalu apa yang terjadi kini?
Kini mereka dipuji
Dipuji karena pintar mengelabuhi
Itu pujian atau caci maki ?
Pantatnya duduk empuk
Mendengar sidang bak cerita dongeng penghantar tidur
Terkantuk-kantuk, diatas kursi mahal uang rakyat
Beberapa pejabat memang hebat
Tapi ada pula yang bejat
Itulah para pejabat
LUDAH YANG KERING
Lihatlah!
masih adakah hati yang terisi?
ketika logika sudah berbau terasi
ketika nurani kian ter erosi
di kilatan hujan pesona yang tak kunjung basi
Lihatlah!
dendang an birokrat dan wakil berdasi
penuh kegiatan sinetron mengejar kursi
kucing justru giat pamer gusi
terbuai di empuknya jok mercy
Lihatlah!
gempita riuhnya demokrasi
menumbuhkan nurani yang semakin membesi
saat rakyat butuh nasi
namun justru di kremasi!
Ah, sudahlah!
ini bukan demokrasi
ini juga bukan mosi
ini hanyalah puisi
dari yang hidup namun sesungguhnya mati!
masih adakah hati yang terisi?
ketika logika sudah berbau terasi
ketika nurani kian ter erosi
di kilatan hujan pesona yang tak kunjung basi
Lihatlah!
dendang an birokrat dan wakil berdasi
penuh kegiatan sinetron mengejar kursi
kucing justru giat pamer gusi
terbuai di empuknya jok mercy
Lihatlah!
gempita riuhnya demokrasi
menumbuhkan nurani yang semakin membesi
saat rakyat butuh nasi
namun justru di kremasi!
Ah, sudahlah!
ini bukan demokrasi
ini juga bukan mosi
ini hanyalah puisi
dari yang hidup namun sesungguhnya mati!
LUCUNYA NEGERI INI
Saat matahari merapat di ufuk barat
ku duduk di baringan teras rumah
bersama ayahku mengharapkan secerca harapan
hanya untuk kemajuan negeri ini......
Sungguh lucunya negeri ini!!
maling sapi dihukum mati
tapi korupsi di biarkan menjadi
ada yang masuk jeruji besi
tapi ada yang nonton tenis di Bali!!!
Dimana petingi negeri ini???
Hingga negeri ini runtuh sendiri??
Apakah hanya berdiam diri???
Hei para petinggi negeri!!!
kau hanyalah seorang biang keladi!!!
Melelang janji - janji basi
hanya untuk melampiaskan nafsumu sendiri!!
Sebenarnya kau ini siapa???
Pemimpin bangsa??
Ataukah hanya.....
Seorang penggelembung dana negara???
Kau hanyalah.....
tikus berdasi yang duduk di kursi empuk
di hiasi dengan baju berdasi
serta sepatu mengkilap
Sepatumu yang mengkilap....
itulah yang menyilaukan hatimu
sampai - sampai kau merampas hak kami
dan juga menghancurkan...
secerca harapan untuk kemajuan negeri ini...
Kau memang tak pantas...
hidup di bumi pertiwi ini..
lebih baik kau hidup.....
dibalik tralis besi....
dengan uang milyaran - milyaranmu tadi
ku duduk di baringan teras rumah
bersama ayahku mengharapkan secerca harapan
hanya untuk kemajuan negeri ini......
Sungguh lucunya negeri ini!!
maling sapi dihukum mati
tapi korupsi di biarkan menjadi
ada yang masuk jeruji besi
tapi ada yang nonton tenis di Bali!!!
Dimana petingi negeri ini???
Hingga negeri ini runtuh sendiri??
Apakah hanya berdiam diri???
Hei para petinggi negeri!!!
kau hanyalah seorang biang keladi!!!
Melelang janji - janji basi
hanya untuk melampiaskan nafsumu sendiri!!
Sebenarnya kau ini siapa???
Pemimpin bangsa??
Ataukah hanya.....
Seorang penggelembung dana negara???
Kau hanyalah.....
tikus berdasi yang duduk di kursi empuk
di hiasi dengan baju berdasi
serta sepatu mengkilap
Sepatumu yang mengkilap....
itulah yang menyilaukan hatimu
sampai - sampai kau merampas hak kami
dan juga menghancurkan...
secerca harapan untuk kemajuan negeri ini...
Kau memang tak pantas...
hidup di bumi pertiwi ini..
lebih baik kau hidup.....
dibalik tralis besi....
dengan uang milyaran - milyaranmu tadi
TIKUS BERDASI
Lihat tarian wakil rakyat yang berdasi
Berlomba-lomba mengejar kursi
Kursi menuju korupsi
Yang hanya ada ditanah ini
Aksi sandiwara para politisi
Dapat membius yang bersimpati
Demi satu tujuan pasti
Untuk korupsi
Sadarlah…Sadarlah
Engkau jangan cuma obral janji
Tapi harus tepati janji
Ditanganmu masa depan kami
Aku hanyalah penonton yang sejati
Lakon pejabat tanah ini
Dialah si tikus yang berdasi..
Dialah si tikus yang korupsi..
Wahai tikus-tikus yang memakai dasi
Apa engkau tak punya hati
Saat rakyat butuh bukti
Ternyata janjimu malah basi
Sadarlah…Sadarlah
Engkau menodai tanah pertiwi
Demi satu tujuan pasti
Untuk korupsi
Sudahlah ini bukan orasi
Ini hanyalah puisi
Puisi tentang tikus berdasi
PANGGUNG SANDIWARA
Aku hanyalah sebagian penonton dari acara itu
Sebuah acara yang mungkin hanya ada di negeriku
Cerita kenyataan yang dipenuhi sandiwara
Dengan lakon para pejabat negara
Inilah aku rakyat jelata yang selalu dibodohi cerita sandiwara
Begitu manis dan lembutnya sampai semua tak tersadar
Inilah negeriku yang katanya tanah surga
Ya, surganya bagi para pelaku sandiwara
Menghabiskan semua isi surga dengan kata manisnya
Mungkin air mata ibu pertiwi benar-benar kering
Tak henti-hentinya menangis
Melihat anak-anaknya berebut mainan
Sebuah mainan yang bisa membuat mereka saling membunuh
yaitu kekuasaan
Inilah aku yang hanya bisa menatap sebuah cerita
Terus dan trus menjadi bodoh olehnya
Aku yang bodoh adalah surga baginya
Sampai mereka lelah menikmati isi surga
ADA YANG ANEH DI SEKOLAH
Ada yang aneh di sekolah
Murid terlambat dihukum
Guru terlambat tak dihukum
Ada yang aneh di sekolah
Katanya sekolah tidak bayar
Tapi ada uang bangunan
Ada yang aneh di sekolah
Ulangan tak pernah dapat 70
Tapi nilai rapor dapat 85
Ada yang aneh di sekolah
Guru sering telat masuk
Murid tidak paham materi
Murid disalahkan
Ada yang aneh di sekolah
Waktu ulangan siswa harus jujur
Waktu UN siswa harus ‘saling membantu’
Inikah sekolah di Indonesia?
Suap Orang Sipil
Kami orang nggak punya
Emang kami orang nggak kaya
Kami punya hati
Juga harga diri
Orang kaya banyak tingkahnya
Orangkaya banyak mau nya
Kata orang, negeri kita negeri hukum
Yang besar salah pura-pura nggak tau
Yang kecil salah cepat-cepat di hukum
Sakitnya minta ampun
Rezki rakyat kau ambil
Kamu suap orang-orang sipil
Kami ambilkan upil
Lewat mulut supaya kamu mikir
Hey pejabat dasar keparat
Rizki rakyat
Kau simpan rapat-rapat
By:Dalang Wanataka
NEGERI AJAIB
Pergi mudik memakai taksi
Pulangnya naik motor
Ada partai kampanye berantas korupsi
Eh tahu-tahu kadernya koruptor
Buah duren dicuri maling
Di dekat rumah Mi’ing
Banyak wakil rakyat studi banding
Padahal ke Mall Shoping
Jalan-jalan ke kota Garut
Pulang beli wajit
Mengaku wakil rakyat
Kerjanya cuma cari duit
Soto Bandung soto babat
Di makan dekan lorong-lorong
Mengaku pejabat
Padahal garong
Pergi jalan-jalan di pinggir pantai
Pantainya, pantai Carita
Banyak didirikan partai-partai
Namun rakyat makin menderita
Pisang ambon susah dibeli
Dicari ke sana- ke mari
Hukum di Indonesia bisa dibeli
Yang penting uang dapat selomari
Buka puasa di rumah Pak Amin
Makannya soto babat
Rakyat kurang gizi dan vitamin
Buncit perutnya para pejabat
Buang sampah sambil kuliah
Pulangnya bertemu Ahong
Bersumpah Demi Alloh
Padahal cumah pembohong
Kota Malang Kota Merakyat
Banyak pelancong ingin istirahat
Katanya berjuang demi rakyat
Padahal tetap jadi penjahat
Negeri ini subur makmur, nikmat dipakai istirahat
Murah keliling naik taksi
Subur makmur para pejabat
Duitnya dapat korupsi
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan perwakilan rakyat
Namun hidup tak merakyat
Kepercayaan terjual oleh harta
Hidup bagaikan dewa diatas budak
Hidup diatas penderitaan semua orang
Tak peduli sesama
Bahagia mereka
Duduk manis di gedung DPR
Nyaman kursi membuat jati diri mereka hilang
Nyaman ruang DPR dipenuhi AC kantuk diri ini
Mereka tidur
Dikala rakyat menderita tak mendapatkan kenyamanan
Negeri Tanpa Telinga
Hingar bingar
Campur aduk
Hiruk pikuk
Sepak terjang
Benci dendam
Silang sengketa
Kacau balau
Ya… begitulah negeri ini
Negeri yang pekak dan tuli
Negeri yang mungkin pernah mati
Lalu hidup lagi
Dalam rupa setengah jadi
Negeri tanpa telinga
Muncul komisi pemberantasan korupsi
Namun pionirnya justru ambisi membela diri
Terpilih pemegang kursi baru DPR RI
Namun rapatnya sambil tiduran bahkan nonton blue movie
Ditetapkan banyak kebijakan guna perbaiki negeri
Tapi malah bingung bagaimana cara mengaplikasi
Disahkan banyak Undang-undang monopoli
Malah bikin rakyat miskin dan terkebiri
Kami butuh negeri yang bisa mendengar
Sehingga...
Buruh sejahtera
Petani bahagia
Guru bermartabat
Koruptor tobat
Aparat tidak keparat
Wakil rakyat merakyat
Pelajar ter
pelajar
Pemimpin bukan wayang
Inilah nasib hidup di negeri tanpa telinga
Merdeka tapi tak benar-benar merdeka
Oleh: Rochmatul Hidayah
Campur aduk
Hiruk pikuk
Sepak terjang
Benci dendam
Silang sengketa
Kacau balau
Ya… begitulah negeri ini
Negeri yang pekak dan tuli
Negeri yang mungkin pernah mati
Lalu hidup lagi
Dalam rupa setengah jadi
Negeri tanpa telinga
Muncul komisi pemberantasan korupsi
Namun pionirnya justru ambisi membela diri
Terpilih pemegang kursi baru DPR RI
Namun rapatnya sambil tiduran bahkan nonton blue movie
Ditetapkan banyak kebijakan guna perbaiki negeri
Tapi malah bingung bagaimana cara mengaplikasi
Disahkan banyak Undang-undang monopoli
Malah bikin rakyat miskin dan terkebiri
Kami butuh negeri yang bisa mendengar
Sehingga...
Buruh sejahtera
Petani bahagia
Guru bermartabat
Koruptor tobat
Aparat tidak keparat
Wakil rakyat merakyat
Pelajar ter
pelajar
Pemimpin bukan wayang
Inilah nasib hidup di negeri tanpa telinga
Merdeka tapi tak benar-benar merdeka
Oleh: Rochmatul Hidayah
1 Jam Bersama Rakyat
Berkacamatalah dengan pantatku
Namaku bukan untukmu
Tempatkanlah.
Di sisi mana.
Cari sendiri, kau bukan binatang
Tak perlu di atur seperti binatang
Cumi – cumi jalan miring
Kau lebih pandai dari cumi – cumi
Jalanmu lurus tapi berbau busuk
Lidahmu mengambang
Di lalap api kebohongan
Aku berdiri disini.
Menyaksikan dengan rakyat
Betapa indahnya tenggorokanmu
Berbicara tentang kebohongan
Perutmupun ikut bicaca
Penamupun ikut bicara
Jarimupun ikut bergerak
Kakimupun menyertainya.
Mata telinga mu pun jadi saksi
Mulutmu tidak bisa diam
Hambir sama dengan ketutku
Berbau busuk.
Pantatku lebih indah dari mulutmu
Aku berdiri.
Menyaksikan kepahitan rakyat
Aku pun tidak bisa berbuat apa – apa
Kalian lebih tau dari pada aku
Ini suara kami.
Meraung – raung
Tidak seperti kalian menjilat – jilat
Pantatku yang menjijikkan
Semoga kalian mendengar
Tak mengurusi perut kalian lagi
By : Dalang Wanataka
Berkacamatalah dengan pantatku
Namaku bukan untukmu
Tempatkanlah.
Di sisi mana.
Cari sendiri, kau bukan binatang
Tak perlu di atur seperti binatang
Cumi – cumi jalan miring
Kau lebih pandai dari cumi – cumi
Jalanmu lurus tapi berbau busuk
Lidahmu mengambang
Di lalap api kebohongan
Aku berdiri disini.
Menyaksikan dengan rakyat
Betapa indahnya tenggorokanmu
Berbicara tentang kebohongan
Perutmupun ikut bicaca
Penamupun ikut bicara
Jarimupun ikut bergerak
Kakimupun menyertainya.
Mata telinga mu pun jadi saksi
Mulutmu tidak bisa diam
Hambir sama dengan ketutku
Berbau busuk.
Pantatku lebih indah dari mulutmu
Aku berdiri.
Menyaksikan kepahitan rakyat
Aku pun tidak bisa berbuat apa – apa
Kalian lebih tau dari pada aku
Ini suara kami.
Meraung – raung
Tidak seperti kalian menjilat – jilat
Pantatku yang menjijikkan
Semoga kalian mendengar
Tak mengurusi perut kalian lagi
By : Dalang Wanataka
Wanita Berkerudung Begitu Anggun
Rembulan idaman telah mati
Tak menerangi hati
Tak juga mencerahkan jiwa mendung
Rembulan itu berkerudung
Tapi sayang sekarang sudah mengandung
Tanpamu sepi
Sesepi kuburan
Jiwa ini tak cerah
Tak secerah mentari pagi
Biasanya aku tersenyum
Menyapamu lewat maya
Sekarang hampa terasa
Harapan itu telah sirna
wahai wanitaku berkerudung
Bahagialah kamu dengan dirinya
Suasana mu penuh dengan bahagia
By: Dalang Wanataka
Rembulan idaman telah mati
Tak menerangi hati
Tak juga mencerahkan jiwa mendung
Rembulan itu berkerudung
Tapi sayang sekarang sudah mengandung
Tanpamu sepi
Sesepi kuburan
Jiwa ini tak cerah
Tak secerah mentari pagi
Biasanya aku tersenyum
Menyapamu lewat maya
Sekarang hampa terasa
Harapan itu telah sirna
wahai wanitaku berkerudung
Bahagialah kamu dengan dirinya
Suasana mu penuh dengan bahagia
By: Dalang Wanataka
AKU KANGEN TANAH LAMPUNG BARAT
Mekar putih diatas bukit
Terlihat menawan
Pucuk gunung sapu bersih
Tak ada perawan atau pun perjaka
30 tahun berlalu terjamah
tutup
buka
tutup
buka
tup-buk
buk-tup
Terkesan seperti orang kurang permainan
Terlihat jalan melingkar
Simbolis menawan diujung bukit perawan
Begitu anggun bibir tipis jalan dipinggir bukit
Tercurah hujan beramai-ramai menggenangi siring sawah sampai kali
Gunung begitu rancu
Terjamah lagi oleh mu
Sepihan ranting jadikan kayu bakar
Rumput alami tak ada lagi
Dari sana bisa hidup
Gunung bisa hidup
Bukit bisa hidup
Jalan bisa hidup
Dari sela-sela bukit gunung saku celana terisi
Rumah terisi
Halaman terisi
Rekening terisi
Begitu agung tanah say betik
Lampung punya lampung bisa
By: Dalang Wanataka
Kami Bangsa Indonesia Pejuang Pahlawan
Aku tak gentar membawa kebaikan
Aku tak gentar membela kebajikan
Aku membela kemerdekaan ini dengan darah
Aku berjuang demi negara tercinta ini
Indondesia merdeka
Indonesia tumpah darah ku
Indonesia negeriku
Indonesia tanah kelahiran ku
Indonesia akan ku pertahankan
Menangis darah bercucuran darah
Gempar melimpar diujung senapan
Melintar sabetan peluru menembus jasad
Tak peduli demi negeri ini
Sorak sorai hembusan peluru berterbangan
Kami bangsa indonesia
Merdeka merdeka merdeka
Aku tak gentar membela kebajikan
Aku membela kemerdekaan ini dengan darah
Aku berjuang demi negara tercinta ini
Indondesia merdeka
Indonesia tumpah darah ku
Indonesia negeriku
Indonesia tanah kelahiran ku
Indonesia akan ku pertahankan
Menangis darah bercucuran darah
Gempar melimpar diujung senapan
Melintar sabetan peluru menembus jasad
Tak peduli demi negeri ini
Sorak sorai hembusan peluru berterbangan
Kami bangsa indonesia
Merdeka merdeka merdeka
Dongeng Palsu
Peduli apa mereka
Suci saja tidak
Merembahkan diri di tempat
Bercakap tak mengarah
Mencari yang tak ada
Menanti yang tak pasti
Bosan degar bicara mu
Hanya logat itu-itu saja
Pasrahku kian menjadi ditengah keraguan
Membongkar kedok kepalsuan jiwa
Sebenarnya kau tak suci lagi
Membakar amarah tanpa sebab
Kepalsuan itu
Menari indah disetiap detik
Mengulum waktu tak mau berhanti
Buatku terpasung di rapuhnya harapan semu
Terperangkaplah kau disisi jalan sebelah
Dasar kau bicara
Mendendangkan dongeng mimpi
By: Dalang Wanataka
Film Bokep
Kau lebih kejam dari teroris
Tubuhmu mungil bugil
Tersebar dimana-mana
Kau bukan bom,bisa meledak
Tapi ledakanmu melebihi bom
Kau tak merusak
Tapi merusak akhlak
Biasa kau dicari
Oleh remaja…..
Mereka penasaran
Apa didalamnya
Belum tau jadi tai!!
Terorismu meraja lela
Kau tidak sekejam teroris biasa
Kau paling kejam teroris biasa
Berlahan-lahan merusak
Menembus dinding kebaikan
Aku berfikir,apakah kau
Masuk surga..?
Allah murka pada kau.
By.Dalang Wanataka
Masih adakah hati yg bersih?
Masih adakah sedikit otak dikepalanya
Coba bayangkan
Orang berpenampilan rapi
Memakai jas dan membawa mobil
Siapakah dia?
Apakah kalisan tahu?
Ya, dia itu tikus kantoran
Yg seharusnya dimusnahkan
Apa kalian rela uang itu dimakannya
Apa kalian rela dia dibiarkan begitu saja
Kini dia telah meraja rela
Coba kalian lihat
Dari sabang sampai merauke
Dia ada dimana-mana
Aku bingung apakaah di kelurahan ada tikus?
Pemakan uang pula
Jika ada kenapa tidak dibasmi dg obas tikus?
Kenapa dibiarkan begitu saja?
Ayo basmi dia!
Hancurkan dia!
Buang dia jauh-jauh dari Negara kita
Negara Indonesia!
Karya: Danar Putra Mahendra
Beritahu aku jika kau tahu
Ini kelas atau apa?
Suara bising terdengar seperti pasar
Tak ada lembaran buku yang terbuka
Hanya ocehan tak berujung yang ada
Hembusan angin menyeret sampah-sampah di lantai
Sampah pun menggunung di kolong meja
Bau pekat yang menusuk menyesakkan dada
Sarang laba-laba menghiasi tiap sudut kelas
Nyamuk dan lalat dengan bebas melayang-layang di dalamnya
Ini kelas atau apa?
Mata yang Tertutup
Bukalah !
Masih adakah mata yang terbuka ?
Diantara hembusan pasir kemiskinan
Dan gelombang pasang kejahatan
Bukalah !
Tidakkah engkau melihat ?
Ia meraung - raung kedinginan
Dalam hawa nafsu yang menusuk dada
Bukalah !
Tidakkah engkau melihat ?
Ia membawa emas tanpa membanting tulang
Dan selalu merampas hak orang
Bukalah !
Apakah engkau buta ?
Ataukah hanya tipuan belaka ?
Mereka terlantung - lantung kebingungan
Sedang engkau terkantuk - kantuk
Diatas kursi mahal uang rakyat
Ah sudahlah !
Aku memang bukan pejabat tinggi
Aku juga bukan tikus berdasi
Aku hanya sekedar pembuat puisi
Dari yang hidup namun sesunggunya mati !
Buah karya : Muhammad Nauval Ibrahim / XA2 / 19
Cukup sekian kumpulan puisi anekdot. Puisi yang terakhir yang berjudul Mata yang Tertutup merupakan buatan saya sendiri. Semoga artikel ini bermanfaat. Amiiin.
Komentar
Posting Komentar